Pada era sepak bola modern yang menuntut keuntungan dan prestasi, sebuah klub sepak bola terus mencari solusi agar dapat mencapai tujuan. Salah satunya dengan bergerak pada bursa transfer pemain. Transfer pemain terjadi dua kali dalam satu gelaran liga, yaitu pada musim panas dan dingin. Pergerakan transfer pemain sangat bergantung pada kondisi finansial setiap klub. Tentunya klub yang mempunyai finansial kuat akan mudah bergerak pada bursa transfer pemain.
Klub kaya Eropa seperti Manchester City di Liga Inggris selalu aktif dalam bursa transfer pemain. Tak jarang mereka mengeluarkan biaya yang sangat besar guna mendapatkan pemain incaran. Pemain-pemain berlabel bintang yang telah mereka dapatkan tentunya membawa dampak baik secara prestasi. Namun bagi klub yang mempunyai sejarah prestasi yang baik, tetapi tidak mempunyai finansial yang kuat pastinya akan tersingkir dari perebutan gelar juara.
Klub yang bermarkas di tengah kota Manchester tersebut merupakan salah satu klub kaya raya di dunia. Adalah Sheikh Mansour bin Zayed Al Nahyan seorang pengusaha superkaya dari Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yang berhasil membeli mayoritas saham Manchester City. Mansour telah menggelontorkan dana pribadinya untuk membeli pemain-pemain berlabel bintang untuk merapat ke Manchester City.
Dalam tiga musim terakhir era Sheikh Mansour, Manchester City setidaknya telah menghabiskan dana sebesar 422 juta euro guna memperkuat skuadnya. Dana tersebut merupakan gabungan dari 147,3 juta euro di musim 2009/2010, 182,45 juta euro di musim 2010-2011, dan 92,25 juta euro pada musim kompetisi terkini. Pemain-pemain bintang yang telah dibeli, antara lain: David Silva, Balotelli, Sergio Aguero, Samir Nasri, dan Edin Dzeko.
Pemain-pemain bintang yang dibeli dengan harga tinggi tersebut juga menuntut pembayaran gaji yang tidak rasional. Bahkan gaji seorang Kun Aguero yang sebesar 200 ribu pounds seminggu lebih tinggi dari gaji sebulan pemain lainnya. Hal ini juga menyebabkan persaingan dan membengkaknya biaya pengeluaran klub dalam semusim.
Prestasi yang diperoleh setelah berhasil menggaet pemain-pemain bintang juga terus meningkat. Pada musim 2009/2010 Manchester City behasil menduduki peringkat lima setelah pada gelaran liga musim sebelumnya hanya menduduki peringkat sepuluh. Pada tahun 2010/2011 Manchester City kembali memperbaiki peringkat dengan berhasil menduduki peringkat ketiga. Pada musim 2011/2012 Manchester City berhasil menduduki peringkat pertama, setidaknya sampai pekan ke-9.
Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi finansial yang besar dapat mendongkrak pencapaian prestasi sebuah klub di Eropa. Namun bagi klub langganan juara yang jarang bergerak aktif pada bursa transfer akan tersingkirkan, salah satunya Liverpool.
Pemegang gelar juara terbanyak kedua setelah Manchester United dengan 18 trofi Liga Inggris tersebut kini terlempar dari persaingan gelar. Salah satu penyebabnya adalah ketidakmampuan membeli pemain-pemain bintang dalam jumlah yang banyak. Kalau pun ada hanya sekitar dua pemain bintang yang dapat diboyong klub yang bermarkas di Anfield tersebut.
Pada musim 2008/2019 Liverpool menduduki peringkat kedua. Namun pada musim 2009/2010 Liverpool terjun bebas turun lima peringkat ke peringkat tujuh. Pada 2010/2011 Liverpool menduduki peringkat keenam. Prestasi yang diperoleh Liverpool semakin lama semakin tidak stabil. Bahkan terakhir kali memperoleh gelar Liga Inggris jatuh pada musim 1989/1990. Bukan waktu yang singkat bagi sebuah klub yang mempunyai tradisi juara.
Dalam menyambut gelaran Liga Inggris musim 2011/2012, Liverpool tampak lebih siap. Pasalnya Liverpool telah mendatangkan pemain bintang sekaliber Luis Suarez dan Andy Carrol pada gelaran liga musim sebelumnya. Selain itu, Liverpool juga berhasil memboyong Jordan Henderson, Charlie Adam, dan Jose Enrique. Pemain-pemain bertalenta tersebut dituntut memperkuat setiap lini yang dinilai kurang maksimal, agar dapat memperbaiki prestasi pada musim ini, bahkan juga memunculkan rasa optimis yang tinggi untuk dapat meraih gelar juara liga.
Klub-klub sepak bola yang telah mengeluarkan dana besar saat ini dihantui kerugian yang besar pula, salah satunya Manchester City. Meskipun disokong kekuatan finansial yang melimpah, Manchester City mengalami defisit yang besar dalam tiga tahun. Manchester City bahkan berpeluang mencatat rekor defisit lebih besar dari musim sebelumnya yang berjumlah 127 juta pounds (sekitar Rp 1,7 triliun).
Ketakutan klub klub Eropa tersebut menggugah federasi sepak bola Eropa UEFA untuk menerapkan peraturan pembatasan transfer pemain. Transfer pemain tak akan lagi bebas meski mempunyai kekuatan finansial. Dengan demikaian klub kaya tak bisa seenaknya membeli pemain dengan harga dan gaji yang sangat tinggi. Selain pembatasan transfer pemain, UEFA juga akan menerapkan peraturan Financial Fair Play (FFP) yang mengharuskan pengeluaran seimbang dengan pendapatan. Sebuah klub harus membeli pemain dengan hasil aktivitas ekonomi, bukan pemberian dari pemodal. Hal ini bertujuan mencegah terjadinya persaingan tidak sehat dan melindungi setiap klub dari kerugian yang besar.
Secara tidak langsung peraturan tersebut mengharuskan setiap klub melakukan regenerasi skuad dengan memanfaatkan pembinaan usia muda. Pembinaan yang baik akan menghasilkan pemain bertalenta yang dapat memperkuat tim dan menjadi seorang bintang. Jika ada yang merekrutnya, keuntungan yang besar akan diperoleh dan dapat dijadikan untuk memperbaiki fasilitas klub yang ada.
Jadi, untuk memperoleh prestasi sebenarnya dapat diraih tanpa menggunakan dana yang superbesar dari pemodal, namun jauh lebih baik apabila dengan melakukan pembinaan usia dini.
by: Ahg